INTERAKSI SOSIAL

NILAI DAN NORMA

PERILAKU MENYIMPANG

SOSIALISASI

PENGENDALIAN SOSIAL

STRUKTUR SOSIAL

KONFLIK SOSIAL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PENELITIAN SOSIAL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PERUBAHAN SOSIAL

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 17 November 2012

FENOMENA BOY BAND DI INDONESIA



gaya Korea kembali mencuat dalam pergaulan anak muda. Akhir-akhir ini begitu genjar bermunculannya boy/girls band yang mengikuti korea dalam penampilan dan gaya bermusikya yaitu KPOP. saat ini Pasti anak muda sudah tidak asing mendengar tentang Smash, Max 5, 7 Icons, dan Cherry Belle, serta masih banyak lagi boy/girls band lainnya yang mengkontaminasi para kaum muda di Indonesia. Trend boy/ girls band di Indonesia sangat terlihat jelas bagaimana mereka hampir setiap saat menghiasi laya rkaca pemirsa Indonesia dalam berbagai acara music yang disiarkan oleh beberapa stasion televise yang ada. Fenomena Boy/Girls Band Korea di Indonesia tak lantas diterima begitu saja oleh para remaja, karena awalnya mereka berpikir bahwa Indonesia tidak bisa kreatif, Tapi seiring semakin bertambanhnya Boy/Girls Band baru, para penggemar ini pun sudah bisa menerima kehadiran band yang mengikuti gaya ala Korea itu.

Boy/Girls Band memang menjalar ke berbagai kalangan anak muda. Ada pro dan kontra tentang kehadiran mereka di jagad musik Indonesia. Ada yang mengidolakan dengan sangat luar biasa, hingga penampilan, sampai gaya bicara mereka pun diikuti dengan lantang.  Satu diantaranya adalah Eka Nofianti, mahasisiwi Jurusan pendidikan Sosiologi di UNY yang berhasil saya wawancarai. Menurutnya boys/girls band asal Korea yang kini kian dinikmati wanita muda Jakarta, menampilkan ragam gaya busana, serta mempunyai paras tampan, semakin mempesona. “Cowoknya ganteng-ganteng, bajunya keren-keren, dan lagunya ga ngebosenin,” ungkapnya tersenyum.  

Dari dulu di negeri dengan etnis homogen yang juga terkenal dengan serial dramanya itu, Boy/Girls Band-nya memiliki kreatifitas, serta keseriusan dalam menggarap sebuah lagu, salah satunya adalah Super Junior alias Suju, bintang Korea yang melejit lewat album keempat, Bonamana.
Penampilan baik serta kekompakan Boy/Girls Band yang anggotanya bisa mencapai lima sampai delapan orang, membuat menarik perhatian kaum hawa. “Tariannya bagus-bagus, setiap Boy Band punya musik sendiri, dan gayanya beda-beda, mempunyai ciri khas tertentu,” kata Eka.

Jika dibandingkan Boy/Girls Band dengan Indonesia, menurut Eka, boy band Indonesia demam mengikuti trend Korea. “Keseriusan dalam menggarap lagu jangan hanya demam, ikut-ikutan trend yang sedang berkembang,” harapnya.

Disalah satu telivisi swasta, drama Korea bisa tiga kali dalam satu hari ditayangkan. Sound trek dalam drama Korea yang sangat enak didengar membuat ketertarikan pada Boy/Girls Band.  

Namun penampilan mereka pun mengundang kontra tentang keberadan Boy/Girls Band di Indonesia. Akhmad Harun, salah satu mahasiswa di UNY menilai,  Boy/Girls Band di Indonesia belum layak disebut Band. Pasalnya, dari segi kreatifitas Boy/Girls Band pun masih perlu dipertanyakan. “Boy/Girls Band Indonesia tidak kreatif dalam mencipta sebuah lagu, kebanyakan hanya meniru dari bintang-bintang Korea yang ada lebih dahulu.  Hanya sangat kreatif mengunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, cuma gayanya ga bagus-bagus amat, terlalu heboh saat tampil dan lebih tepatnya mereka hanya menang tampang,” ungkap Harun.

GAYA HIDUP




A.    Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan istilah budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu kelompok.
Gaya hidup menurut (Kotler, 2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.
Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam pergaulan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan melahirkan konstruk sosial yang dimulai secara personal, dari individu ke individu lainnya, dan kemudian menjamur pada kelompok, disebut dengan gayahidup. Seorang Profesor Sosiologi di Universitas Durham yaitu David Chaney mengkaji persoalan gaya hidup secara lebih komprehensif dan didasarkan dari berbagai perspektif. Menurut Gaya Hidup haruslah dilihat sebagai suatu usaha individu dalam membentuk identitas diri dalam membentuk identitas diri dalam interaksi sosial. Dalam bukunya “Life Style’’ Chaney (1996:92) mengatakan bahwa: “Gaya hidup selanjutnya merupakan cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai social atau simbolik; tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.” Atau dengan kata lain :“Gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam  pergaulan, pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk mengasosiasikan permainan kriteria status dalam konteks yang tidak diketahui namanya”.
Adapun interpretasi dari peneliti sendiri bahwa pada kesempatan lain, Chaney juga berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah masyarakat modern, atau biasa juga disebut modernitas. Dalam arti disini, adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern yang akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu dengan orang yang lain. Awan 2006, menyebutkan bahwa gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status social yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Gaya hidup ditentukan oleh cara seseorang dalam memilih dan mempraktekkan nilai pengetahuannya tentang suatu objek benda yang teraktualkan melalui proses komsumsi. Praktek kebudayaan yang diaktualkan oleh seorang khususnya dalam masalah komsumsi merupakan proses dalam rangka membentuk suatu tatanan kepribadian seseorang dari status yang diperankannya dalam suatu struksur social. Gaya hidup saat ini memang tak bisa dilepaskan dari konsep identitas sosial. dalam hal ini, secara garis besar dapat dibedakan melalui dua tahap. Tahap pertama, disampaikan dengan menggunakan pilihan-pilihan (choice). Dalam hal ini sikap dan cita rasayang merupakan karakteristik anggota kelompok social baru. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang penting. Dalam wacana publik kontemporer seperti artikel surat kabar, khotbah, syair, dan panduan moral cendikiawan yang terefleksi lewat sikap moral yang mengutamkan nilai. Dengan kata lain, seseorang yang akan dianggap baik jika menjalankan prinsip moral pada masyarakatnya. Tahap kedua merupakan tahap kultural. Pada tahap ini, gaya hidup yang terfokus pada kehidupan yang merupakan bagian dari aktifitas waktu luang atau komsumsi. Seseorang dalam sebuah kelompok masyarakat akan dinilai denagn cita rasa tinggi ketika mampu memanfaatkan waktu luang dengan nyaman. Nyaman disini bisa diidentifikasikan sebagai suatu ruang komsumsi yang
mungkin agak material. Orang yang dianggap keren ketika mampu memanfaatkan
waktu luangnya dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk liburan keluar kota ataupun keluar negeri. Ketika gaya hidup diekspresikan dengan cita rasa dan nilai material pada akhirnya akan berhubungan dengan karakteristik sosio struktural lainnya.
B.     Bentuk-bentuk Gaya Hidup
Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain:
a. Industri Gaya Hidup
Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi, “estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.
b. Iklan Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.
c. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup
Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity)-cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas.
d. Gaya Hidup Mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.
e. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pust perhatian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang diidolakan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.
C.     Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi gaya hidup, yaitu dari dalam diri individu (internal) dan luar (eksternal).
a.      Faktor internal
  • Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu. Melalui sikap, individu memberi respon positif atau negatif terhadap gaya. Keadaan jiwa dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
  •  Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku. Pengalaman diperoleh dari tindakan di masa lalu. Hasil dari pengalaman sosial membentuk pandangan terhadap suatu objek. Seseorang tertarik dengan suatu gaya hidup tertentu berdasarkan pengalaman dan pengamatan.
  • Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. Kepribadian mempengaruhi selera yang dipilih seseorang, sehingga mempengaruhi pula bagaimana gaya hidupnya.
  • Konsep diri
Konsep diri menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merk. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
  • Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar, maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
  • Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
 b.      Faktor eksternal
  • Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
  •  Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
  •  Kelas sosial
Kelas sosial juga mempengaruhi gaya hidup. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan dan peran. Hierarki kelas sosial masyarkat menentukan pilihan gaya hidup.
  •  Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan istilah budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu kelompok.
Bentuk-bentuk gaya hidup antara lain: industri gaya hidup, iklan gaya hidup, Public Relations dan journalisme gaya hidup, gaya hidup mandiri, gaya hidup hedonis. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi gaya hidup ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi, industri gaya hidup, Iklan gaya hidup, Public Relations dan journalisme gaya hidup, gaya hidup Mandiri, gaya hidup hedonis dan faktor eksternalnya yaitu Kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, kebudayaan.
B.     Saran
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini ke depannya.


DAFTAR PUSTAKA
Perdana, Aji Putra. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup. http://softskiilperilakukonsumen.blogspot.com/2010/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-gaya.html

Komunikasi antar budaya


Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang- orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau  sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara  hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari  generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996).  Komunikasi antar budaya memiliki akarnya dalam bahasa (khususnya  sosiolinguistik), sosiologi, antropologi budaya, dan psikologi. Dari keempat  disiplin ilmu tersebut, psikologi menjadi disiplin acuan utama komunikasi lintas  budaya, khususnya psikologi lintas budaya.   Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan – perusahaan yang melakukan ekspansi  pasar ke luar negaranya notabene negara – negara yang ditujunya memiliki aneka  ragam budaya.
Selain itu, makin banyak orang yang bepergian ke luar negeri  dengan beragam kepentingan mulai dari melakukan perjalanan bisnis, liburan,  mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang sifatnya sementara maupun dengan  tujuan untuk menetap selamanya.   Satelit komunikasi telah membawa dunia menjadi semakin dekat, kita  dapat menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi dalam belahan dunia,baik  melalui layar televisi, surat kabar, majalah, dan media on line. Melalui teknologi  komunikasi dan informasi, jarak geografis bukan halangan lagi kita untuk melihat  ragam peristiwa yang terjadi di belahan dunia.  Berbicara mengenai komunikasi antarbudaya, maka kita harus melihat  dulu bebrapa defenisi yang diikutif oleh Ilya Sunarwinadi ( 1993: 7-8 )  berdasarkan pendapat para ahli antara lain : 
 1. Sitaram ( 1970 )  : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara  khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural communication…the art of  understanding and being understood by audience of mother culture ).  
2.  Samovar dan Porter ( 1972 )  : Komunikasi antarbudaya terjadi  manakala bagaian  yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa  serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai  yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai  (intracultural communication obtains whenever the parties to acommunications  act to bring with them different experiential backgrounds that reflect along- standing deposit of group experience, knowledge, values).  
3. Rich ( 1974 ) : Komunikasi antarbudaya terjadi ketika orang-orang yang  berbeda kebudayaan (communication is intercultural when accuring between  peoples of different cultures).  
4.  Young Yun Kim ( 1984 )  : Komunikasi antarbudaya adalah suatu  peristiwa yang merujuk dimana orang-orang yang terlibat didalamnya baik secara  langsung maupun  tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda  (intercultural communication…refers  the communication phenomenon in which participant, different in cultural background, come into direct or indirect contact  which one another).  
Seluruh defenisi  diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan  pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menetukan dalam  berlangsungnya proses komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya  memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan  perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku–pelaku komunikasi, tetapi  titik perhatian utamanya tetep terhadap proses komunikasi individu-individu atau  kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan  interaksi.   Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua  sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau  mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T. Hall, bahwa “komunikasi adalah budaya” dan budaya adalah komunikasi”. Pada suatu sisi, komunikasi  merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya  masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat  lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada  sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai  untuk kelompok tertentu.  
  1. PRINSIP- PRINSIP KOMUNIKASIANTAR BUDAYA
1.      Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2.      Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3.      Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4.      kesadaran diri dan perbedaan antar budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5.       Interaksi awal dan perbedaan antar budaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6.      Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.
  
  1. SALURAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
1. Antarpribadi/ interpersonal/ person-person yaitu orang dengan orang  secara langsung  
2. Media massa yaitu melalui radio, surat kabar, TV, Film, Majalah
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga  mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya : orang Indonesia  menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman  yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan  mata kepala sendiri.   Umumnya pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan  dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal  feedback  langsung antar partisipan dan bersifat satu arah. Sebaliknya, saluran  antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai  jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam  keduanya, proses-proses komunikasi bersifat antarbudaya  bila partisipan-  partisipannya berbeda latar belakang budayanya. Ketiga dimensi diatas dapat  digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam mengkalsifikasikan  fenomena KAB khusus. Misalnya : kita dapat menggambarkan komunikasi antara  Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi  internasaional, antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengecara  AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai  komunikasi antar etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi migran.  Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok konteks sosial dan saluran  komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang  menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda (  Lusiana, 2002:5).
D. FUNGSI-FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
1.  Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi  antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber  dari seorang individu.
  Menyatakan Identitas Sosial 
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku  komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas  sosial.  Perilaku  itu dinyatakan melalui  tindakan berbahasa  baik secara  verbal  dan  nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri  maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul  suku  bangsa,  agama,  maupun tingkat pendidikan seseorang.
  Menyatakan intergrasi social
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan  antarpribadi, antarkelompok  namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan  yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan  komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi  antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya  yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan,  maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. 
  Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
2.  Fungsi Sosial
  Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi  antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada  kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi  antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan  "perkembangan" tentang  lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan  oleh  media massa  yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa  yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam  sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
  Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang  dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan  jembatan  atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol  melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling  menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan  makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks  komunikasi termasuk komunikasi massa.
  Sosialisasi Nilai
Fungsi  sosialisasi  merupakan fungsi untuk mengajarkan dan  memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada  masyarakat lain.
  Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi  antarbudaya. Misalnya menonton  tarian  dari kebudayaan lain. Hiburan  tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

komunikasi kelompok



A.    Pengertian dan Karakteristik Komunikasi Kelompok
1.      Pengertian Kelompok
Kelompok dapat diartikan sejumlah orang yg terlibat dlm interaksi pd suatu pertemuan tatap muka, di mana setiap anggota mendapat kesan yg jelas, sehingga seseorang baik di saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dpt memberikan tanggapan kepada yang lainnya.
Menurut ADLER & RODMAN, Kelompok adalah sekumpulan kecil orang yg saling berinteraksi, biasanya tatap muka dlm waktu yg lama guna mencapai tujuan tertentu. Ada 4 elemen kelompok yaitu: interaksi, waktu, ukuran, tujuan.
2.      Pengertian Komunikasi Kelompok menurut para ahli
            Menurut goldberg & larson, Komunikasi Kelompok adalah suatu bidang studi penelitian & terapan yg secara umum tidak menitikberatkan perhatiannya pd proses kelompok, tetapi pd tingkah laku individu dlm diskusi kelompok tatap muka yg kecil.
Selain pengertian diatas burgoon & ruffner juga memberikan definisi mengenai komunikasi kelompok, yaitu interaksi tatap muka dr tiga atau lebih individu utk memperoleh yg dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dpt menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dgn akurat. (ada 4 unsur: interaksi tatap muka, jumlah partisipan, tujuan & kemampuan anggota utk menumbuhkan karakteristik anggota lainnya)
3.      Karakteristik Komunikasi Kelompok
            Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran.
      Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang- orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu sama lainnya. severin dan tankard (2005: 220) menyebutkan ada dua jenis norma, yaitu deskriptif dan perintah. Norma deskriptif  menentukan apa yang seharusnya dilakukandalam sebuah konteks, sedangkan norma perintah menentukan apa  yang umumnya disetujuai oleh masyarakat.
      Terdapat tiga kategori norma dalam kelompok yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas. norma sosial mengatur hubungan dianatar anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan secara rinci bagaimana suatu kelompok mengambil keputusan, harus beroperasi, dan pada akhirnya pada lkesepakatan kelompok. Norma tugas mengatur bagaimana pekerjaan harus dilakukan ( sendjaja 2002: 3.6).
                Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Menurut soerjono soekanto, seseorang telah menjalankan peran apabila telh melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan keduduknnya.
                Menurut adler & rodman  peran dalam komuikasi kelompok meliputi fungsi tugas dan pemeliharaan. Fungsi Tugas yaitu pemberi informasi, pemberi pendapat, pencari informasi dan pemberi aturan. Sedangkan  Fungsi Pemeliharaan meliputi pendorong partisipasi, penyelaras, penurunan ketegangan, penanganan persoalan pribadi.
Menurut brilhart, ada 5 karakteristik komunikasi dalam kelompok, yaitu:
  1. Meliputi sekelompok kecil orang (2-20) sehingga setiap orang menjadi sadar & mampu bereaksi terhadap yang lainnya.
  2. Untuk keberhasilan pencapaian tujuan setiap orang harus terikat dalam kondisi saling ketergantungan.
  3. Setiap orang harus mempunyai rasa saling memiliki & mengidentifikasi diri dengan anggota kelompok lain.
  4. Interaksi secara oral, walau tidak seluruh interaksi berlangsung secara oral, tapi yang signifikan melalui pembicaraan.
  5. Perilaku didasarkan pd norma-norma, nilai & prosedur yg diterima tiap anggota.
  1. Prinsip dasar komunikasi kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu :
Elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites